Siapa sangka, salah satu lagu yang kini melekat kuat di hati penggemar anime Neon Genesis Evangelion diciptakan oleh penulis yang nyatanya belum pernah menonton serial animenya? Fakta ini mungkin terdengar mengejutkan bagi banyak penggemar, mengingat lagu tersebut telah menjadi ikon budaya pop Jepang dan sering diasosiasikan langsung dengan emosi karakter-karakter dalam cerita.
Penulis lagu, yang dikenal dengan karya-karya emosional dan lirik penuh makna, mengaku proses penciptaannya lebih banyak terinspirasi oleh tema-tema universal seperti kesepian, pencarian jati diri, dan konflik batin manusia. “Saya menulis lagu ini tanpa menonton animenya,” katanya dalam sebuah wawancara. “Saya hanya membaca sinopsis dan merasakan apa yang ingin disampaikan oleh cerita itu. Terkadang, karya yang baik lahir dari imajinasi dan empati, bukan pengalaman langsung.”
Kabar ini memunculkan reaksi beragam dari penggemar. Beberapa merasa kagum bahwa sebuah lagu yang begitu ikonik bisa lahir tanpa pengalaman langsung dengan anime tersebut. Sementara yang lain merasa aneh, karena lagu itu begitu selaras dengan nuansa psikologis dan atmosfer gelap Evangelion. Meski begitu, hal ini justru menunjukkan kekuatan musik untuk menyampaikan emosi yang universal, melintasi batas media dan cerita.
Fenomena ini bukan hanya soal Evangelion. Di dunia kreatif, banyak musisi, penulis, dan seniman yang berhasil menangkap esensi cerita atau karakter tanpa harus sepenuhnya terlibat langsung. Kreativitas, imajinasi, dan kemampuan merasakan inti emosi menjadi kunci utama.
Lagu Evangelion kini tetap menjadi salah satu soundtrack yang paling dikenang, bahkan oleh mereka yang sama sekali belum menonton animenya. Fakta bahwa penciptanya belum menonton anime tersebut justru menambah lapisan menarik pada cerita di balik musiknya, memperlihatkan bagaimana seni dapat melampaui batas pengalaman pribadi dan tetap menyentuh hati banyak orang.