Tokyo, 21 Mei 2025 — Di tengah maraknya penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam industri kreatif global, termasuk anime, para penggemar One Piece bisa bernapas lega. Toei Animation—studio legendaris di balik adaptasi anime One Piece—baru saja menegaskan bahwa mereka tidak akan menggunakan AI untuk menggantikan peran animator atau seniman dalam proyek One Piece, baik saat ini maupun di masa depan.
Pernyataan ini disampaikan langsung oleh salah satu produser senior Toei dalam sesi wawancara eksklusif bersama majalah Jepang AnimeGraph. Saat ditanya soal tren AI-generated animation yang mulai merambah berbagai studio animasi di Jepang dan luar negeri, ia menjawab lugas:
“One Piece adalah karya yang hidup karena tangan manusia. Tidak ada AI yang bisa menggantikan energi, emosi, dan semangat yang dituangkan para animator kami ke setiap frame-nya.”
Sentuhan Manusia Adalah Jiwa One Piece
Pernyataan tersebut langsung menjadi pembicaraan hangat di kalangan komunitas anime internasional. Banyak penggemar yang merasa lega sekaligus terharu, terutama mereka yang khawatir bahwa keunikan gaya visual One Piece—yang penuh ekspresi, imajinasi liar, dan humor tak terduga—akan “terdegradasi” jika dibuat oleh algoritma, bukan oleh seniman sejati.
“Kalau Luffy senyumnya hasil AI, rasanya bakal beda. Aku butuh tahu senyumnya digambar oleh seseorang yang paham arti kebebasan,” tulis seorang pengguna X (dulu Twitter), yang langsung viral dengan ribuan retweet.
Toei juga menyebut bahwa mereka ingin tetap menghormati warisan Eiichiro Oda, sang kreator One Piece, yang selama dua dekade lebih sudah bekerja bahu-membahu dengan tim kreatif untuk menghidupkan dunia bajak laut yang penuh warna dan nilai kemanusiaan.
AI dan Industri Anime: Antara Peluang dan Kekhawatiran
Memang, penggunaan AI dalam industri anime mulai menjadi tren kontroversial sejak 2023. Beberapa studio kecil di Jepang dan luar negeri mulai bereksperimen dengan AI untuk mempercepat proses latar belakang, rotoscoping, atau bahkan desain karakter. Hal ini menimbulkan perdebatan besar—di satu sisi menjanjikan efisiensi, tapi di sisi lain dianggap mengancam pekerjaan seniman dan merusak jiwa karya.
Toei sendiri tak menampik bahwa mereka menggunakan teknologi untuk membantu proses produksi—seperti dalam tracking gerakan atau koreksi warna otomatis. Namun, mereka menegaskan bahwa AI hanya akan digunakan sebagai alat pendukung teknis, bukan kreator utama.
“Karya seperti One Piece adalah hasil kerja kolektif manusia, bukan hasil cetakan mesin. Kami percaya emosi hanya bisa disampaikan oleh mereka yang benar-benar hidup,” tambah sang produser.
Penggemar Apresiasi Komitmen Toei
Respon komunitas anime, terutama fans One Piece, sangat positif. Forum diskusi seperti Reddit dan MyAnimeList dipenuhi komentar yang memuji keberanian Toei untuk tetap menjaga kualitas dan integritas karya.
“Toei tahu betul apa artinya jadi ‘nakama’. Mereka setia bukan cuma pada cerita, tapi pada orang-orang yang membuatnya hidup,” tulis seorang pengguna di forum r/OnePiece.
Apresiasi juga datang dari para seniman digital dan animator Jepang, yang selama ini merasa tertekan dengan narasi bahwa AI akan “menggantikan” mereka. Langkah Toei dianggap sebagai bentuk dukungan nyata terhadap keberlangsungan profesi kreatif di era digital.