Anime Oshi no Ko bukan sekadar tontonan tentang gemerlap dunia hiburan Jepang—ia adalah cermin gelap dari industri idola, fandom yang obsesif, dan konsekuensi psikologis dari budaya selebritas. Ditulis oleh Aka Akasaka (Kaguya-sama: Love is War) dan digambar oleh Mengo Yokoyari (Scum’s Wish), anime ini mengangkat tema yang jarang disentuh dengan keberanian: bagaimana cinta buta seorang penggemar bisa berubah menjadi kebencian yang mematikan.
Sinopsis Singkat: Cahaya Palsu di Balik Gemerlap
Kisah Oshi no Ko dimulai dengan kehidupan seorang dokter desa bernama Gorou Amemiya, yang merupakan penggemar berat seorang idola muda bernama Ai Hoshino. Takdir mempertemukannya dengan sang idola ketika Ai datang untuk melahirkan secara diam-diam. Namun, pertemuan itu berakhir tragis. Gorou dibunuh oleh seorang penguntit fanatik, lalu bereinkarnasi menjadi anak dari Ai—bersama dengan kembarannya, Ruby.
Anime ini langsung mencengkeram penonton lewat premisnya yang unik dan penuh kejutan. Cerita berkembang dari sudut pandang sang anak, Aqua, yang bertekad mengungkap siapa dalang di balik pembunuhan ibunya. Tapi, Oshi no Ko bukan hanya soal balas dendam. Ia adalah eksplorasi psikologis tentang manipulasi industri, tekanan selebriti, dan batas tipis antara cinta dan obsesifitas.
Dunia Idola yang Penuh Kepalsuan
Salah satu kekuatan Oshi no Ko adalah keberaniannya membedah dunia idola dan hiburan dari sudut yang realistis dan pahit. Ai Hoshino, sang idola, bukanlah gambaran sempurna seperti yang dilihat publik. Ia adalah gadis muda yang terus-menerus dipaksa menyembunyikan jati dirinya demi mempertahankan citra “malaikat tanpa noda”.
Serial ini menunjukkan bahwa menjadi idola bukan hanya soal bakat atau penampilan, melainkan permainan emosi dan konstruksi citra. Semua harus terlihat sempurna di depan kamera, bahkan ketika hidup pribadi mereka runtuh. Dan ketika citra itu terguncang, para fans yang terlalu dalam menaruh ekspektasi bisa berubah menjadi musuh paling berbahaya.
Obsesi Fans: Dari Cinta ke Kekerasan
Oshi no Ko menampilkan dengan tajam betapa fandom bisa berubah menjadi ancaman. Penggemar yang merasa memiliki idolanya kadang lupa bahwa mereka hanyalah penonton. Dalam anime ini, sang pembunuh tidak bertindak karena kebencian semata, tapi karena rasa dikhianati—karena idolanya tak sesuai harapan yang dibangun dalam pikirannya.
Ini menciptakan kritik keras terhadap budaya idol di Jepang (dan global) yang sering kali memanjakan ekspektasi tak realistis dari fans, sembari mengorbankan kesehatan mental para idola itu sendiri.
Visual dan Narasi yang Tajam
Dianimasikan oleh Doga Kobo, Oshi no Ko tampil dengan visual yang kontras: warna-warna cerah khas dunia idola beradu dengan nuansa kelam drama psikologis dan misteri. Ekspresi karakter dirender dengan sangat emosional, memperkuat intensitas narasi yang mendalam.
Musik pembuka “Idol” dari YOASOBI menjadi pelengkap yang tepat—melodi ceria dengan lirik yang menyimpan makna gelap. Lagu ini sukses merangkum isi cerita: tentang identitas yang dipalsukan, cinta yang mematikan, dan topeng yang tak pernah benar-benar lepas.